Oleh: Syahminan/Abau
Tumbangnya Orde Baru kemudian lahir Orde Reformasi, membawa angin segar buat perubahan di Indonesia. Angin segar ini membuka lebih luas iklim berdemokrasi, sehingga memungkinkan lahirnya banyak partai yang katanya reformis untuk mengikuti pemilu 1999. Dengan semangat dan eforia reformasi, pemilu 1999 melahirkan pemimpin baru. Mereka diharapkan dapat membawa rakyat Indonesia keluar dari masalah yang di hadapi, seperti krisis ekonomi, penganguran dan lain lain. Selain itu, mereka dituntut melanjutkan dan melaksanakan agenda reformasi, di antaranya pemberantasan KKN dan penegakan supremasi hukum. Hasilnya sungguh luar biasa dan di luar perkiraan kita. KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) yang mestinya diberantas, justru makin subur dan menghinggapi sebagian besar mereka. Seperti efek bola salju (snow ball) terus membesar dan menggulung dari tingkat pusat sampai ke daerah. Penegakan hukum makin jauh dari yang diharapkan. Di berbagai media cetak dan elektronik kita mengetahui, banyak koruptor besar dapat lepas dari jeratan hukum dan sebagian besar lagi dengan mudah kabur ke luar negeri. Keadaan ini diperparah oleh krisis ekonomi yang semakin membesar melanda rakyat Indonesia. Harga bahan kebutuhan pokok terus naik seiring penaikan harga BBM, sebagai akibat dicabutnya subsidi. Yang mengherankan, disisi lain pemimpin kita ini malah memberikan subsidi kepada konglomerat yang punya utang dan bank yang sakit dengan jumlah sangat besar. Ini sungguh suatu kebijakan yang kelewat populer dari mereka yang katanya orang-orang reformis. Rakyat tambah miskin dan terpuruk kehidupannya, sementara pejabat dan pemimpin semakin makmur bergelimang kemewahan. Sungguh suatu kenyataan yang sangat kontras. Melihat kenyataan itu dan kalau kita mau jujur mengakui, pemimpin yang membuat keadaan terus tidak membaik seperti tersebut adalah akibat dari sebagian besar kita salah memberikan amanat ketika menggunakan hak pilih pada Pemilu 1999. Kesalahan dalam menentukan pilihan atas seorang pemimpin, berbanding sejajar dengan lahirnya pemimpin yang salah, berikut dampaknya akan salah juga dengan perkiraan kita tentang bagaimana jalannya kepemimpinan mereka. Ingatlah Firman Allah: "Ini disebabkan karena apa yang dilakukan oleh tangan-tanganmu lebih dahulu, Allah tiada pernah menganiaya hamba-hamba Nya." (QS 3 Ali-Imran: 182). Peringatan Allah melalui Firman Nya: "Sungguh Allah memerintahkan kepadamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum antara manusia, hendaklah kamu menghukumnnya degan adil. Sungguh, alangkah indahnya peringatan yang Allah berikan kepadamu! Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS 4 An-Nisa: 58). Pada umumnya kesalahan kita menentukan pilihan disebabkan kurangnya pengetahuan kita terhadap calon yang disodorkan, seperti bagaimana perilakunya kepada keluarga, bawahan, pembantu, tetangga, masyarakat hingga kepada Allah (Hablun minanaas-hablun minallah). Padahal ini cukup penting, sebab akan menunjukkan kecerdasan calon pemimpin yaitu kecerdasan emosional dan spiritual yang lebih utama daripada kecerdasan intelektual. Permasalahan lain yang membuat kita salah dalam menentukan pilihan adalah kita yang lebih mendahulukan alasan kepentingan yang lebih bersifat (mikro), kepentingan pribadi misalnya, keluarga, teman, koneksi kelompok, simpati popularitas, bahkan demi alasan uang (money politic). Kita melupakan alasan prioritas yang lebih bersifat (makro), yang berorientasi pada kepentingan yang jauh lebih besar dan mengutamakan kepentingan semua atau kemaslahatan umat. Melalui momentum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, kita akan dingatkan dan disegarkan kembali bagaimana suri teladan kepemimpinan yang beliau berikan. Beliau bukan hanya pemimpin agama tapi juga pemimpin dunia. Maka patutlah, dalam menentukan pilihan terhadap seorang calon pemimpin kita mengambil kriteria seperti pada diri Rasulullah, terutama jiwa leadershif beliau dalam menghadapi pilkada. Firman Allah: "Sungguh, pada diri Rasulullah kamu dapat suri teladan yang indah bagi orang yang mengharap (rahmat Allah) dan (keselamatan) hari terakhir serta banyak mengingat Allah." (QS 33 Al-Ahzab: 21). "Hai manusia! telah datang kepadamu yang nyata dari tuhanmu (yaitu Muhammad dengan mukjizatnya), dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang (yaitu Alquran)" (QS An-Nisa: 174). Kadang kita lupa dan lalai, bahwa Allah melalui Nabi Muhammad SAW yang lahir pada 570 Masehi atau 14 abad lalu telah membawa panduan dan bimbingan kepada manusia, bagaimana contoh dan teladan seorang pemimpin yang dapat diterima dan menyelesaikan segala permasalahan dengan baik dan benar sesuai dengan fitrah manusia dan juga sesuai dengan Alquran dan hadits. Kebanyakan masyarakat, cendekiawan, pejabat dan pemimpin kita tidak menggali, mendalami ajaran Alquran dan hadits untuk mengatasi berbagai masalah yang tengah dihadapi karena mereka menganggap Rasulullah dan Alquran hanya mengajarkan tentang agama (sekularustik). Mereka lebih cenderung berpedoman pada buku yang dihasilkan atau ditulis manusia, dibanding Kalam Ilahi (Alquran) dan Sunah Nabi (hadits). Allah mengingatkan kita melalui firman Nya: "Hai orang-orang beriman, taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kamu kepada rasul, dan orang-orang yang berkuasa di antara kamu. Jika kamu berselisih di kalanganmu sendiri, hendaklah kamu mengembalikannya kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, itu lebih baik dan penyelesaian yang paling indah." Menurut ahli, sejarah Muhammad Husein Haekal, perikehidupan Nabi Muhammad SAW sifatnya manusia semata dan bersifat perikemanusiaan yang luhur. Untuk memperkuat kenabiannya ia tidak perlu bersandar kepada yang ajaib. Jadi jelaslah, kalau kita ingin memilih pemimpin adalah orang punya kepribadian luhur sehingga akan mendapat simpati dan dukungan yang besar seperti yang Rasulullah lakukan dan lebih rasional dalam membuat keputusan serta tindakan. Rasulullah selalu bertindak dan bersikap adil terhadap semua, hak setiap orang beliau tunaikan. Mengasihi dan melindungi fakir miskin, yatim piatu, orang yang lemah. Kaum minoritas dan prempuan mendapatkan haknya sesuai harkat dan martabatnya. Beliau juga berani membela dan menegakkan yang benar tanpa takut, karena beliau hanya takut kepada Allah bukan kepada siapa-siapa, tidak silau kedudukan dan harta yang bisa menyesatkan. Inilah wujud dari integritas, komitmen dan konsistensi beliau sehingga bisa berhasil menjadi pemimpin yang betul disegani dan sekaligus dicintai. Tidak mengherankan jika Michael Hart dalam karyanya, menempatkan Rasulullah dalam urutan puncak dari seratus tokoh dunia paling berperngaruh. Menurut ia, Nabi Muhammad bukan hanya pemimpin agama tapi juga pemimpin duniaw. Rasulullah banyak sekali mempengaruhi peradaban dunia sehingga menjadi lebih baik dan ajaran beliau serta contoh keteladannya, terus berkembang hingga saat ini di seluruh penjuru dunia. Ini menunjukan, beliau sungguh -sungguh pemimpin dunia hingga akhirat. Firman Allah: "Dan masing-masing orang beroleh derajat, seuai dengan apa yang dikerjakannya dan Tuhanmu tiada lalai atas apa yang mereka lakukan." (QS Al-An’aam: 132). Melalui peringatan maulid ini, perlu kita ingatkan kepada diri kita sendiri dan umat Islam bahwa kita bukan sekadar memperingati dan membacakan syair pujian terhadap Rasulullah. Tetapi hendaknya kita dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam peristiwa maulidnya beliau, kemudian kita lakukan/implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya dalam proses pemilihan kepala daerah (pilkada). Pemimpin yang memiliki dan mengikuti keteladan Rasulullah, insyaallah akan terwujud apabila kita bisa meneliti lebih baik tentang calon pemimpin yang disodorkan dan terus berpikir jernih serta menentukan pilihan betul-betul berpedoman pada kebenaran yang bersumber dari suara hati. Harapan kita, pilkada yang akan dilangsungkan berjalan aman dan demokratis, betul-betul melahirkan pemimpin yang tepat karena dipilih dengan alasan tepat dan kita selalu mendapat rahmat, hidayah serta inayah dari Allah. Ingatlah Firman Allah: "Sungguh, untuk neraka jahanam Kami ciptakan jin dan manusia, mereka punya hati yang tiada dipergunakan untuk mengerti, mereka punya mata yang tiada dipergunakan untuk melihat. Dan mereka punya telinga, yang tiada dipergunakan untuk mendengar. Mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Merekalah orang-orang yang lalai." (QS 7 Al-Araaf:179. Semoga Allah membimbng kita ke jalan yang benar dan selalu mendapat ridha Nya. Amin.